Selasa, 03 November 2009

Injeksi Subcutan

A. Pengertian

Injeksi di bawah kulit dapat dilakukan hanya dengan obat yang tidak merangsang dan melarut baik dalam air atau minyak. Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area di bawah kulit yaitu pada jaringan konektif atau lemak di bawah dermis. Efeknya tidak secepat injeksi intramuscular atau intravena. Mudah dilakukan sendiri, misalnya insulin pada penyakit gula.

Tempat yang paling tepat untuk melakukan injeksi subkutan meliputi area vascular disekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai krista iliaka, dan bagian anterior paha. Tempat yang paling sering direkomendasikan untuk injeksi heparin ialah abdomen. Tempat yang lain meliputi daerah scapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gluteus dorsal serta daerah scapula. Tempat yang dipilih ini harus bebas dari infeksi, lesi kulit, jaringan parut, tonjolan tulang, dan otot atau saraf besar dibawahnya.

Obat yang diberikan melalui rute SC hanya obat dosis kecil yang larut dalam air (0,5 sampai 1 ml). Jaringan SC sensitif terhadap larutan yang mengiritasi dan obat dalam volume besar.Kumpulan obat dalam jaringan dapat menimbulkan abses steril yang tak tampak seperti gumpalan yang mengeras dan nyeri di bawah kulit.

4

Jenis obat yang lazim diberikan secara subkutan adalah vaksin, obat-obatan preoperasi, narkotik, insulin, dan heparin.

B. Persiapan Peralatan dan Pasien

1. Persiapan Peralatan

Sebuah alat suntik steril (bahan pembuat alat suntikan tersebut dapat berbeda-beda, misalnya, kaca, kaca dan logam, bahan sintetis, disposable; sedangkan isi tabung suntikan itu, misalnya dapat 1, 5, 10, 20, atau 30 ml besarnya, sementara skala pembagiannya juga dapat berbeda satu sama lainnya);

1) Jarum suntik steril (jarum suntik ini terdapat dalam ukuran panjang dan besarnya yang berbeda-beda dan seringkali hanya untuk pemakaian satu kali saja);

2) Cairan steril;

3) Spuit;

4) Sebuah pinset steril;

5) Kalau perlu sebuah gergaji kecil untuk memotong ampul;

6) Bahan/obat untuk membersihkan kulit penderita yang akan kita suntik;

7) Bengkok bebat.

Biasanya alat suntik dan jarum suntik yang tidak siap pakai terus dibuang, disimpan di dalam kotak atau pot-pot yang kering dan steril, atau menurut cara-cara lain, yang sesuai dengan pandangan dan pendapat pada tempat anda masing-masing bekerja.

5

2. Persiapan Pasien dan Lingkungan

· Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan

· Menyiapkan posisi pasien sesuai kebutuhan

· Menyiapkan lingkungan aman dan nyaman

C. Proses Injeksi Subcutan

1) Lebih dahulu cucilah tangan anda.

2) Siapkan semua peralatan yang diperlukan.

3) Periksalah dengan teliti dan cermat untuk penderita yang mana sebenarnya suntikan itu akan diberikan, sifat/jenis obat yang akan anda suntikan, banyaknya yang akan anda berikan dan cara pemberian yang telah ditentukan, yaitu subkutan atau intramuscular.

4) Isilah tabung alat suntik itu, sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan.

5) Keluarkan udara yang mungkin masih terdapat dalam tabung alat suntik itu; dalam melakukan ini, usahakan agar cairan yang akan anda suntikan, kalau sampai ada yang keluar, tidak mengalir melalui tangan anda.

6) Tentukan tempat penyuntikan yang sesuai.

7) Bersihkan kulit pada tempat anda akan menyuntikan obat tersebut.

8) Menusuk jarum dengan lubang menghadap ke atas dan membuat sudut 45˚ dengan permukaan kulit.

9) Semprotkan cairan itu perlahan-lahan ke dalam tubuh penderita, setelah lebih dahulu, dengan jalan mengaspirasi, anda memastikan bahwa jarum suntik anda tidak masuk dalam pembuluh darah.

10) Setelah selesai anda menyuntikkan seluruh isi tabung alat suntik itu, tariklah jarum suntik tersebut dengan cepat.

11) Setelah obat habis jangan ditarik dengan cepat, dan bekas tusukan ditahan dengan kapas alkohol.

12) Melakukan massage pada bekas suntikan.

13) Pasien dirapikan dan alat dibereskan.

14) Mencucui tangan.

15) Pada tempat yang disediakan tanda tangani bahwa suntikan telah anda berikan kepada penderita.

6

Pada waktu anda memberikan suntikan tersebut, ingatlah agar tetap mempertahankan supaya bagian dalam alat suntik itu, penyedot dan jarum suntikan tetap steril. Bagi penderita tentu sangat tidak menyenangkan kalau pada tempat penyuntikan itu timbul radang. Padahal, pada penyuntikan yang berulang-ulang saja daerah itu sudah akan terasa nyeri. Oleh karena itu, kalau memang memungkinkan, tempat penyuntikan harus anda pindah-pindah.

Bahaya yang mungkin timbul pada pemberian suntikan subkutan kepada penderita adalah:

a) pada tempat suntikan timbul udema, cairan yang kita suntikan akan sukar untuk diserap oleh tubuh, sehingga kemungkinan timbulnya infeksi menjadi semakin besar;

b) beberapa macam cairan suntikan yang kita pergunakan, misalnya yang berminyak, pada penyerapan yang berlangsung secara lambat tersebut, dapat menyebabkan terjadinya kematian jaringan di bawah kulit;

c) cairan suntikan mungkin kita suntikkan terlalu dekat pada permukaan kulit.

D. Farmakokinetik dan Farmakodinamik

1. Vaksin

Kekebalan alami berkembang setelah terekspos oleh organisme tertentu. Sistem kekebalan anda akan bekerja sebagai pertahanan terhadap penyakit yang sama dari virus atau bakteri tertentu.

Paparan terhadap penyerbu ini akan merangsang pembentukan sel darah putih tertentu dalam tubuh yang disebut sel B. Sel B memproduksi plasma sel, yang kemudian memproduksi antibodi yang didesain spesifik untuk melawan kuman. Antibodi ini disirkulasi ke cairan rubuh. Bila ada kuman yang sama masuk dalam tubuh di lain waktu, antibodi itu akan mengenali dan akan menghancurkannya. Sekali tubuh kita memproduksi antibodi tertentu, maka antibodi tersebut akan diproduksi bila diperlukan.

Disamping kerja sel B, sel darah putih lain singgah machriphage menghadapi dan memusnahkan penyerbu asing.

7

Jika tubuh bertemu dengan kuman yang belum pernah terekspos sebelumnya, informasi mengenai kuman disampaikan sel darah putih yang disebu sel T pembantu. Sel ini membantu produksi sel yang berjuang melawan infeksi lain.

Satu kali terekspos oleh virus atau bakteri tertentu, waktu berikutnya terekspos, antibodi dan sel T akan bekerja. Mereka dengan segera bereaksi terhadap organisme, menyerangnya sebelum penyakit berkembang. Sistem kekebalan bisa mengenali dan secara efektif bertempur melawan organisme yang berbeda.

Hasil kekebalan yang disebabkan oleh vaksin didapat setelah menerima vaksin. Vaksin memicu kemampuan sistem kekebalan berjuang melawan infeksi dengan tanpa kontak langsung dengan kuman yang menghasilkan penyakit. Vaksin berisi kuman yang telah dimatikan atau dilemahkan atau derivatifnya. Kalau diberikan kepada orang sehat, vaksin memicu respon kekebalan tubuh. Vaksin memaksa tubuh berpikir bahwa sedang diserang oleh organisme spesifik, dan sistem kekebalan bekerja untuk memusnahkan penyerbu dan mencegahnya menginfeksi lagi.

Jika terekspos terhadap penyakit saat telah divaksin, kuman yang menyerbu akan menghadapi antibodi.Kekebalan berkembang mengikuti vaksinasi mirip kekebalan yang diperoleh dari infeksi alami.

Beberapa dosis vaksin mungkin diperlukan untuk jawaban kebal yang penuh. Beberapa orang gagal mendapatkan kekebalan penuh saat dosis pertama vaksin tetapi memberi hasil pada dosis lanjutan. Sebagai tambahan, kekebalan yang didapatkan dari beberapa vaksin, seperti tetanus dan pertussis, tidak untuk seumur hidup. Karena respon kekebalan mungkin memulihkan atau menambah kekebalan.

Tipe-tipe vaksin
Vaksin disiapkan dengan beberapa cara yang berbeda. Untuk tiap tipe, tujuannya adalah sama, yaitu merangsang sistem kekebalan tanpa menyebabkan penyakit.

  • Vaksin dilemahkan. Beberapa vaksin, seperti campak, cacar dan cacar air (variscella), menggunakan virus hidup yang telah dilemahkan. Vaksin tipe ini menghasilkan respon antibodi yang kuat, seringkali hanya perlu satu kali pemakaian diperlukan untuk kekebalan seumur hidup.

8

  • Vaksin inaktifasi. Vaksin lain dibuat dengan cara menggunakan bakteri atau virus yang sudah di inaktifasi. Vaksin polio dibuat dengan cara ini. Vaksin ini umumnya lebih aman dari vaksin hidup karena organisme penyebab penyakit tidak dapat bermutasi kembali menyebabkan penyakit setelah organisme tersebut dimatikan.
  • Vaksin toksoid. Beberapa tipe bakteria menyebabkan penyakit dengan memproduksi toksin yang menyerang pembuluh darah. Vaksin toksoid, seperti pada difteri dan tetanus,
  • Vaksin aselular dan subunit. Vaksin aselular dan subunit dibuat dengan menggunakan bagian-bagian dari virus atau bakteri. Vaksin hepatitis dan Haemophilus influenzae tipe b dibuat dengan cara ini.

2. Insulin

· Pemberian insulin membantu mengubah glukosa menjadi glikogen yang siap digunakan tubuh sebagai sumber energi.

· Pemberian insulin yang berlebihan dapat menurunkan kadar gula dan mengakibatkan syok hipoglikemia ( gemetar, berkeringat, sulit menahan kantuk dan ingatan menurun hingga hilang).

  • Dosis insulin dibakukan dalam unit dan terdapat sediaan dengan 40, 80 atau 100 unit per ml.
  • Dosis ditentukan berdasarkan diagnosis kebutuhan insulin yang dicari dengan pengaturan insulin reguler dan pengukuran kadar gula darah serta reaksi reduksi air kemih.
  • positif 1 (+)=tidak memerlukan insulin
  • Positif 2 (++)= 5 unit insulin
  • Positif 3 (+++)= 10 unit insulin dan dinaikan 5 unit hingga reaksi reduksi positif ringan.

E. Evaluasi

· Posisi suntikan tepat, pada lengan atas sebelah luar, paha bagian luar, daerah scapula atau tempat lain yang dianggap perlu.

· Sterilisasi tetap terjaga.

· Tidak mengenai pembuluh darah.